Minggu kedua di bulan
Februari (6-12 Feb 2012)
ini saya membuat 2 tulisan, semestinya persatu minggu satu tulisan. Ada hal
istimeewa kawan yang saya alami dan saya rasa harus dituliskan di sini.
Pembekalan TEMILNAS (Temu Ilmiah
Nasional) CIES (Center for Islamic Economics Studies) Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang, Timur Indonesia. Sekedar info kawan,
TEMILNAS itu merupakan acara insidental tahunan milik FOSSEI (forum studi dan
silaturrahim ekis). Jadi KSEI2 (klompok studi ekis) di seluruh Indonesia
bertemu untuk berkompetisi ilmiah (olimpiade dan LKTEI), berseminar, simposium,
gathering, field trip secara
bersama2. Dan TEMILNAS tahun 2012 kali ini bertuan rumah di bumi Lancang
Kuning, PekanBaru, Riau.
Pembekalan
yang dilakukan mulai tanggal 9 Feb 2012 Kamis diawali dengan kajian nasional
bertema konflik antar AS, Eropa dan Iran terkait nuklir dan embargo minyak.
Kemudian besok2nya dilanjut dengan materi pembinaan olimpiade ekonomi Islam
(ada aqidah, fiqh muamalah, dll). Ada bermacam pemateri yang menghiasi, ada Pak
Jalal (dosen UIN), Pak Setyo (dosen FEB UB), ust. Najib (bag.dakwah BMH), Prof.
Munawar (FEB), alumni CIES (mas Aris, pegawai BRISy), dll, dkk.
Ada rasa yang tak biasa ketika berada
dalam kelas pembinaan di E3. Waktu yang berjalan terasa begitu cepat. Beda
dengan kuliah2 biasa, dimana waktu yang berjalan begitu lambat, pingin cepat2 rasanya
keluar dari kelas.
Faktor
yang pengaruhi ini saya kira adalah, keMAUan dan keSENANGan. Ketika kita belajar suatu hal yang kita
senangi dan tak ada unsur keterpaksaan didalamnya, maka dengan semangat yang
bulat, dengan sepenuh hati, otomatis
akan muncul hasrat dalam diri kita untuk belajar tentangnya.
Saya menyukai ekonomi Islam, maka tak ada
beban dan tak ada keterpaksaan dalam mempelajarinya. Keasyikan dalam belajar ekonomi Islam itu membuat apa yang diajarkan begitu gampang dicerna oleh otak dan
mudah meresap ke dalam jiwa.
Ketika
membaca buku2 tentang ekis, tebal maupun tipis, yang bahasanya sulit maupun
ringan, selalu saya coba untuk memahaminya betul. Secara seksama. Sampai benar2
saya paham akannya.
Jika
ada hal yang tak saya mengerti di buku yang saya baca, maka akan saya
baca itu berulang-ulang kali. Kadang kala saya terdiam sejenak untuk
menganalogikan dalam contoh lain di kehidupan yang saya alami.
Dari
itu semua maka, untuk setiap apa yang
kita lakukan, cobalah untuk menyenanginya, cari faktor apa yang bisa buat kita
untuk suka padanya. Sehingga nanti saat kita berhadapan dengannya, tak ada rasa
bosan dan cemas yang hinggap pada diri kita (kontra). Yang ada malah rasa
bersahabat kita dengannya. Rasa pro antara kita dengannya. Saling mendukung dan
lantas berujung pada kepuasan batin diri kita.
Istimeewa... PLUR !
lantas???
ReplyDelete