sum tayangan laman

Sunday, March 04, 2012

Lebih ke Business Plan lah..

Sumpah banyak bener di dunia universitas di Indonesia ini lomba-lomba karya tulis ilmiah. Tiap bulan psti ada aja. Dari sabang sampai merauke kampus-kampus di Indonesia hampir semua telah pernah menyelenggarakan lomba-lomba macam gitu. Berbagai macam tema bung sudah diangkat. Ekonomi, sosial, budaya, teknologi, holtikultura, kenegaraan , dan lain sebagainya.
            Namun dari sekian berlimpahnya lomba-lomba itu, sedikit sekali yang bisa menarik bagi saya. Kenapa ya?? Saya juga bingung. Intinya sih, sy ga seneng aja sama lomba yang mesti ribet, harus sistematis, terperinci, dan penuh basa-basi. Emang sih, suka nulis. Tapi, nggak kali kalo buat yang begituan.

Sebatas Konsep tanpa Implementasi
Hemat saya, ini pikiran subjektif saya lho ya, lomba-lomba macam itu hanya sebatas basa-basi tok ae.. (kalimat sebelumnya ini terdapat kata “hanya” dan “sebatas” lho ya, itu sekalian penekanan sekali, subjektifisme saya terhadap tulisan saya, anda tak sependapat, wajar. Silakan tulis saja gagasan anda, mari kita bertukar pikiran dan tulisan). Diawali dengan pendahuluan, lantas telaah pustaka, permasalahan, metode penilitian, isi, gagasan, penutup, simpulan, kritik, saran. Kira-kira seperti itu ya. Dari sini, saya liat memang bagus bener sih hasilnya, konsepnya..mantep beneeer.. ada yang pake grafik, table, foto dan lain semacamnya.
Setelah lolos kemudian mempresentasikannya di depan juri atau panitia yang bertugas. Lalu, ditanya ini itu seputar karya dan konsepannya. Pengumuman juara, menang/kalah. Sudah. Selesai. Iya kalo ada tindak lanjutnya, nah ini, mayoritas dari pengamatan saya sih ya sebatas itu, nulis, juara, ga ada implementasi. Ada mungkin ya yang mengimplementasikan tulisannya. Tapi ga banyak broo.. itu tentang lomba karya tulis tentang gagasan atau hanya konsep-konsep belaka.
Saya setuju juga sih jika dikatakan hal tersebut dapat membantu kita dalam membuat karya tulis yang bersifat ilmiah. Misal, buat skripsi, tesis, tugas akhir, laporan, dan yang ilmiah-imiah lah. Ini salah satu dampak yang positif yang mampu diberikan.

Bersifat Mudah Dipraktekkan
Melihat Indonesia yang begitu banyak penduduknya, sekitar 230 juta ya.. kemiskinan (lagi-lagi bicara kemiskinan, berapa kali sudah kemiskinan di bahas orang-orang di media Koran tv dll..) karena salah satunya banyak bener orang yang nggak kerja alias sedang mencari pekerjaan alias pengangguran. Mengapa sampai ada pengangguran? Panjang boi ceritanya itu. Salah satunya sebabnya ya kerana mental dan etos kerja masyarakat kita sendiri. ada yang bilang karena kita dulunya dijajah jadinya mental kita mental tempe.
Salah satu solusi problem pengangguran itu ya dengan mencipta lapangan kerja baru. Orang-orang pada bisa kerja dari penciptaan lapangan kerja baru itu. Lantas dari situ dpat sedikit membantu lah mengurangi angka kemiskinan.
Bagaimana cara mencipta lapangan kerja baru itu? Ya salah satunya dengan berwirausaha. Otomatis kan dengannya mampu menyerap tenaga kerja. Nah, salah satu jalan untuk meretas rantai pengangguran dengan berwirausaha ya dengan mengadakan lomba-lomba bisnis plen. Dari pada menyelenggarakan lomba karya tulis ilmiah yang gimana-gimanya telah saya bahas di atas (kurang implementasi). Bisnis plen juga mudah untuk dipraktekan karena konsepan yang dibuat ya emang bener-bener untuk jualan sesuatu (brg/jasa). Namun dengan catatan, lomba bisnis plen tersebut jika telah dapat juara-juaranya selain diberi hadiah atau dana untuk modal mereka yang menang, juga selalu dipantau dan didampingi sehingga mereka yang menang-menang itu bener-bener menjalankan bisnisnya, sehingga bisa menyerap tenaga kerja nantinya secara bertahap.
Jangan dibiarkan begitu saja setelah lomba itu. Dari yang saya lihat banyak juga yang juara sementara bisnis plennya nggak digarap serius, uang hadiah yang mestinya digunakan untuk modal bisnisnya dipake sendiri buat kebutuhan/keinginan sehari-hari. Jadi ya harus bener ada pengawasan dan pendampingan yang intensif dan berkala. Kalo sudah bisa mandiri dan bisnisnya mulai membesar baru bisalah untuk ditinggal.

And So?
  Talk less do more (TLDO) ! Jangan NATO (no action talk only) ! Praktek itu kan lebih besar dampaknya ketimbang cuma cuap-cuap dan konsepsi belaka. Melihat baru 0,3% pengusaha di Indonesia—padahal normalnya 2% dari jumlah penduduk suatu negara—kans untuk membuka usaha dan berswasembada sendiri masih sangat besar. Itulaah…


No comments:

Post a Comment